Sesungguhnya diantara tanda Allah
menghendaki kebaikan bagi hambaNya adalah Allah menjadikannya cinta
dengan ilmu. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
"Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya maka Allah akan menjadikannya faqih/faham tentang agama" (HR Al-Bukhari)
Dan
diantara keagungan agama ini Allah telah menjadikan adanya para imam
yang memikul ilmu agama, yang menjelaskan kepada umat tentang urusan
agama. Merekalah cahaya yang menerangi jalan menuju kebaikan…merekalah
yang sangat dibutuhkan oleh orang yang menghadapi kebingungan dalam
urusan agama mereka…, merekalah penyejuk hati bagi orang yang menghadapi
problematika kehidupan dan berusaha mencari solusi agamis…, merekalah
para pejuang yang memerangi jalan-jalan kesesatan yang selalu siap
menyimpangkan umat ini…, merekalah yang Allah perintahkan umat agar
bertanya kepada mereka dalam firmanNya :
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan/ilmu jika kamu tidak mengetahui" (QS An-Nahl : 43)
Banyak para imam umat ini yang kita
banggakan, akan tetapi diantara mereka ada 4 imam yang tersohor, yaitu
para pendiri 4 madzhab. Mereka itu adalah Al-Imam Abu Hanifah, Al-Imam
Malik bin Anas, Al-Imam Asy-Syaf'i dan Al-Imam Ahmad bin Hanbal
rahimahumullah.
Meskipun ada madzhab-madzhab fikih yang lain akan
tetapi keempat madzhab inilah yang diterima secara luas dalam dunia
Islam hingga saat ini. Bahkan sebagian negeri dikenal dengan madzhab
tertentu. Madzhab Syafi'i banyak tersebar di negara-negara Asia
tenggara, madzhab Maliki banyak tersebar di negeri-negeri Afrika,
madzhab Hanafi banyak tersebar di India, Pakistan, Bangladesh, dan
Afghanistan, dan juga di China, adapun madzhab Hanbali banyak tersebar
di negeri-negeri Arab, khususnya Arab Saudi.
Diantara
keempat imam tersebut yang sangat cemerlang adalah Al-Imam Asy-Syafi'i
rahimahullah, beliaulah pendiri dan pemrakasa madzhab Syafi'i yang
merupakan madzhab yang banyak dianut di bumi pertiwi nusantara ini.
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Idris
bin Al-'Abbas bin 'Utsman bin Syaafi' bin As-Saaib bin 'Ubaid bin 'Abd
Yaziid bin Haasyim bin Al-Muthollib bin 'Abdi Manaaf, sehingga nasab
beliau bermuara kepada Abdu Manaaf kakek buyut Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam. Al-Muthollib adalah saudaranya Hasyim ayahnya Abdul Muthholib
kakek Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan kepada Syafi' bin
As-Saaib penisbatan Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah (lihat Siyar A'laam
An-Nubalaa 10/5-6 dan Tobaqoot Asy-Syaafi'iyah Al-Kubro 2/71-72)
Meskipun
nenek moyang beliau suku Quraisy di Mekah akan tetapi beliau tidak
lahir di Mekah, karena ayah beliau Idris merantau di Palestina. Sehingga
beliau dilahirkan di Ghozza (Palestina) dan ada yang mengatakan bahwa
beliau lahir di 'Asqolan pada tahun 150 Hijriah, tahun dimana wafatnya
Al-Imam Abu Hanifah An-Nu'man bin Tsaabit Al-Kuufi rahimahullah, bahkan
ada pendapat yang menyatakan di hari wafatnya Al-Imam Abu Hanifah.
Ayah
beliau Idris meninggal dalam keadaan masih muda, hingga akhirnya Imam
Asy-Syafi'i dipelihara oleh ibunya dalam kondisi yatim. Karena khawatir
terhadap anaknya maka sang ibu membawa beliau –yang masih berumur 2
tahun- ke kampung halaman aslinya yaitu Mekah, sehingga beliau tumbuh
berkembang di Mekah dalam kondisi yatim. Beliau menghafal Al-Qur'an
tatkala berusia 7 tahun, dan menghafal kitab Al-Muwattho' karya Imam
Malik tatkala umur beliau 10 tahun. Ini menunjukkan betapa cerdasnya
Al-Imam Asy-Syafi'i.
Beliaupun belajar dari para ulama Mekah,
diantaranya Muslim bin Kholid Az-Zanji Al-Makky yang telah memberi
ijazah kepada Al-Imam Asy-Syafi'i untuk boleh berfatwa padahal umur
beliau masih 15 tahun. Lalu setelah itu beliau bersafar ke Madinah dan
berguru bertahun-tahun kepada Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar